Rabu, 06 April 2016

Selamat Jalan Sahabat

Cerpen Karangan: 

Lolos moderasi pada: 10 May 2015


Namaku Chelsea Valentina, aku sekolah di suatu sekolah di Bandung. Di sana aku punya seorang sahabat namanya Dita. Dia sudah sejak kelas 3 SD jadi sahabatku. Kini kalau dihitung, sudah 5 tahun kami bersahabat.
Suatu hari Dita mengalami kecelakaan berat. Ia koma selama beberapa minggu. Sudah 1 bulan dia tidak masuk sekolah karena koma. Ketika ia sembuh, ia hanya dapat belajar di rumah, karena kaki kanannya patah. Aku kasihan melihatnya. Jadi setiap hari aku meminjamkan buku catatanku padanya. Walau kini dia sudah tak sempurna lagi, tapi aku masih menyayangi dia layaknya saudara.
Hari ini adalah hari ultah sekolah kami, aku merasakan kesendirian karena tidak ada Dita yang bisa ku ajak main. Aku ingin menangis dan berkata “Kenapa harus Dita yang mengalami ini? Kenapa bukan aku saja?!”.
Tak lama kemudian pesta pun selesai. Awalnya ku pikir mau jenguk Dita dulu, tapi tidak jadi karena sudah petang. Jadi aku langsung pulang ke rumah.
Saat sampai di rumah, aku langsung BBM dengan Dita:
Chelsea: Dit, sorry ya, aku nggak bisa jenguk kamu, soalnya tadi sudah petang…
Aku menunggu lama balasannya, karena malas menunggu, aku putuskan untuk mandi terlebih dahulu. Selesai mandi, aku mengecek BB ku, tapi masih saja Ia belum membalasnya. Karena bosan aku turun makan malam. Selesai makan, aku naik lagi dan baru Ia membalasnya…
Dita: Iya gak papa
Chelsea: Kamu marah ya?
Dita: Nggak lah buat apa marah? Hehe
Chelsea: Sorry ya… Besok kan Minggu aku janji bakal jenguk kamu OK
Dita: Thx, gak perlu repot kok
Chelsea: Gak repot kok, Eh Udah ya, aku mau tidur dulu…
Dita: Have nice dream…
Chelsea: Kamu juga…
Dita: :-)
Hari ini adalah hari ultahku, jadi Dita diantar orangtuanya ke rumahku. Saat kami sedang bermain di kamar, Ia merasakan sesak napas yang amat sangat. Jadi aku dan orangtuaku segera membawa dia ke rumah sakit, dan menelepon orangtuanya.
Saat di rumah sakit, Dokter bilang :
“Dia mengalami kelainan pada jantung dan paru-parunya…”
“Jadi apa yang harus kami lakukan Dok?”
“Dia harus dioperasi, kalau tidak kemungkinan sisa hidupnya paling hanya 2 sampai 3 minggu lagi…”
“Berapa biaya operasinya Dok?”
“30 Juta rupiah”
“Terima kasih Dok….”
Dokter pun pergi…
Aku murung melihat Dita dengan banyak selang oksigen di tubuhnya… Orangtua Dita tidak sanggup membayarnya… Jadi aku dan orangtuaku yang membantu orangtuanya.
Besoknya operasi pun dimulai. Aku bersama orangtuaku juga orangtua Dita berdoa selama operasi itu berjalan, beberapa saat kemudian, Dokter pun keluar dan operasi berjalan lancar.
1 minggu sudah berlalu, tapi masih saja keadaannya begitu. Hingga suatu sore, aku berkata pada Dita
“Dit, besok kita main lagi ya…”
“oke”
Aku pun pulang ke rumah… Aku pun tertidur dan esoknya aku segera ke rumah sakit. Di sana aku melihat orangtuaku dan orangtua Dita menangis. Tidak! Pikiranku mulai tidak karuan! Aku segera berlari! Oh tidak! Aku melihat Dita terbujur kaku! Aku hanya menangis…
Besoknya kami mengantarkan Dita ke peristirahatan terakhirnya…
Selamat jalan Dita… Semoga kau tenang di sana…
Cerpen Karangan: Marcella
Facebook: Marcella Schaeffer
Hai! Nama saya Marcella, saya dari Pangkalpinang, Bangka Belitung. Terima kasih sudah mau membaca cerita saya. Maaf ya kalau jelek dan pendek…. Harap dimaklumi… Saya masih junior… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar