'Daisy, Daisy'
Alpha memburu Stormguard terakhir ...
Daisy menghimpitkan badannya pada sudut dari ruangan latihan, tanpa alas kaki terdiam di atas tikar, dia menekuk lengannya, menyembunyikan wajahnya dibalik lengannya yang memar dan sarung tangan tinju tebal. Kestrel, lebih tua setahun darinya yang berumur 15, mendekatinya dan memukul pada pinggang Daisy; ketika lengannya turun, pukulan datang pada rahang dan pelipisnya. Air mata mengalir dari mata Daisy yang bengkak, bercampur dengan darah dan air dari hidungnya. Sebuah pukulan ke perut membuat dia kehilangan napas dan membuat dia meringkuk, kedua lengan di atas kepalanya.
Kestrel mengangkat satu sarung tangan kulit. "Hey! Daisy yang berantakan!"
Instruktur mengamati, menatap pada gadis yang melindungi kepalanya. "Jangan pernah terkena pukulan, kau takut terhadap semua pukulan!" wanita itu berbicara dengan aksen yang kasar. "Hari ini jatuh, menangis, kulit berubah ungu, darah mengalir. Besok, masih hidup."
Kestrel mengedipkan matanya yang berwarna biru. "Bangunlah. Selanjutnya giliranmu."
"Aku tidak bisa," tangis Daisy. "Aku tak bisa."
"Jauhkan pikiranmu dari rasa sakit." Kestrel mengusap hidungnya dengan sebuah sarung tangan kulit. "Aku menghitung jumlah pukulannya."
Daisy melihat ke atas, mengernyit. "Itu bisa berhasil?"
Kestrel mengangkat bahunya. "Bangunlah dan kita coba."
~
"Apa kau mendengarnya?"
Di atas sebuah menara, Stomrguard terakhir menunggu kematiannya. Kestrel dan Catherine berdiri di landasan pendaratan; empat orang mengawasi melalui jendela ruangan kontrol di bawah.
Amie membuat seekor kucing yang berayun di tali dengan sihir diantara jari-jarinya, melihat keluar pada cahaya yang berkelip-kelip berputar di sekitar menara dari Royal Quarter. "'Seperti suara bel?"
Ivet menekankan hidungnya pada jendela dan mengembuskan napas yang membuat embun di kaca jendela. "Bos-bos di Taizen Gate dikenal dengan kekejaman mereka. Kita pasti sudah tahu jika sang ratu memiliki mesin pembunuh."
Suara bel muncul kembali, lebih keras, dari elevator di tengah ruangan.
Para penjaga membungkuk ketika elevator naik ke lantai itu. Wanita dengan pedang besar membalik pedangnya dan menangkap mereka. "Sekarang teman-teman," dia berkata, "itu bisa siapa saja. Jangan sampai membunuh seorang pilot atau yang lainnya."
Suara bel terakhir dan pintu elevator terbuka.
"Itu benar dia," bisik Amie, tali-tali sihir dikeluarkan. "Catherine!"
"Sudah terlambat," kata pembawa perisai, berlari ke elevator. Perisai berubah menjadi kobaran api, membanting ke mesin, membenturkan pada dinding yang jauh.
"SATU," dia berkata.
Wanita dengan perisai kembali keluar dari elevator dan meluncur di lantai ke dinding kaca, perisai dan luka tubuh yang parah, meninggalkan bekas darah di lantai.
"Aku akan menghancurkan benda itu," ujar Ivet, mulai maju, kapak dengan kecepatan sangat tinggi.
Mesin itu menerima serangan di lengan besinya. "DUA," dia berkata dengan suara seperti mesin, dan menyerang balik. Ivet terlempar ke belakang, kapaknya terbelah dua, darah mengucur dari kepalanya.
Stormguard ketiga tersandung kebelakang dari kursi dan layar kontrol, pedang besarnya menyilang di depan wajahnya. Mesin itu mengangkat wanita itu dengan satu tangan dan membantingnya ke jendela, meretakkan kaca. Pedang jatuh ke lantai.
Amie memutar jarinya, sihir muncul tidak stabil karena dia berusaha dalam kepanikan. "Ayolah!" tangisnya saat mesin mendekat. Cahaya biru mulai padat, membentuk sayap, menjadi seekor phoenix yang besar di tangannya. "Pergilah!" dia memerintah, dan phoenix terbang, mencengkeram mesin dengan cakarnya dan menyeretnya kembali ke dalam elevator.
"TIGA," ucap mesin itu, lalu, "EMPAT-LIMA-ENAM" ketika Amie mengejarnya, bola-bola sihir yang meledak terbang dari jari-jarinya. Phoenix memaksa mesin itu ke lantai elevator, mematuk pada topengnya.
~
"Itu adalah burung dari Amie." Kestrel mundur, empat panah energi siap di tangannya.
Catherine berlari ke tangga, perisainya berdengung, zona pendaratan meledak. Mesin itu melompat menembus atap, memotong kabel dari elevator dengan pedangnya, elevator terjun bebas dengan Amie di dalamnya.
Mesin itu melihat ke arah Kestrel. "MEMINDAI. TARGET KOSONG-DUA-TIGA. STORMGUARD. HANCURKAN."
Kestrel melepaskan tiga anak panah dengan cepat yang menembus lutut mesin itu dan lehernya. "TUJUH-DELAPAN-SEMBILAN," kata mesin.
Kestrel diam, sebuah anak panah siap pada busurnya.
Catherine bergerak dengan cepat dari belakang, membantingkan perisainya pada punggung mesin itu. Dia menahan napas dan membentuk perisai sihir yang bersinar di sekitarnya, melihat dari dalam, gelembung yang berdenyut-denyut, mesin itu bersuara terbata-bata, "SEP-UL-LUH. ME-MIN-DAI TARGET KOSONG-KOSONG-SATU. STROMGUARD. HANCURKAN-KAN-KAN." Pedangnya menebas pada gelembung. Perisai sihir itu hancur menjadi hujan pecahan energi tapi sebelumnya sudah memantulkan serangan kembali pada mesin itu, merobohkannya. "ERROR. ERROR."
"Catherine, tunggu!" jerit Kestrel.
Catherine memposisikan dirinya kesamping, perisai di atas, dia waspada karena mesin itu melangkah ke arah Kestrel, dengan satu kaki diseret. Kestrel melepaskan anak panah ke arah mata topeng mesin itu.
"SEBELAS," kata mesin itu, melangkah seperti boneka yang rusak ketika anak panah menancap. "HITUNG ... hitung pukulannya." Suara seperti mesinnya hilang. "Aku ... tidak bisa. Makhluk cantik. Daisy ... Daisy yang berantakan. Aku tak bisa. Kestrel?" Pedang jatuh dari tangannya.
"Apa yang telah dia lakukan padamu?" tangis Kestrel.
Catherine maju dengan waspada, perisai di depan. "Ini bisa saja jebakan."
"Ini Daisy," ucap Kestrel, melepaskan topeng mesin itu, memperlihatkan wajah wanita yang terlihat mengerikan.
"Aku dimana?" bisik Daisy, mengepalkan tangannya. "Sakit. Ini menyakitkan. Tolong ... Kestrel, tolong-LONG-LONG-LONG ... " Wajahnya melihat ke kejauhan, ekspresinya kosong, tapi kepalan tangannya melemas.
"Apa yang terjadi?" tangis Kestrel dalam kepanikan. "Apa dia akan mati?"
"SYSTEM REBOOT. STANDBY," ucap Daisy dengan nada datar. Matanya menutup.
"Tidak!Jangan reboot!" Kestrel menampar pipi Daisy. "Tetaplah di sini, Daisy."
Mata Daisy terbuka. "Aku membunuh mereka," kata Daisy. "Aku telah membunuh mereka semua. Kenapa aku membunuh mereka?"
"Itu bukan salahmu," kata Kestrel, menyandarkannya di lengannya.
"Aku tidak bisa berhenti. Ini ... kembali. Aku bisa merasakannya. Lebih baik larilah sekarang. Lari. Lari. Aku bisa mengakhirinya tapi kalian harus LARI-RI-RI-RI tidak bisa berhenti. STANDBY. Hentikan. Lari. LARI TARGET KOSONG-DUA-TIGA. LARI, TARGET KOSONG-KOSONG-SATU. Makhluk cantik. PROTOKOL PENGHANCURAN DIMULAI. STANDBY."
Daisy diam. Ada suara klik, dan sebuah barrier energi muncul di sekitarnya. Catherine menarik tangan Kestrel.
"Kita harus menolongnya," tangis Kestrel, tapi Catherine menariknya karena muncul cahaya yang menyilaukan dari dalam armor Daisy.
"Kesana!Pergilah!" Catherine menunjuk, berteriak pada suara pesawat yang terbang di atas. Tangga tali diturunkan dari pesawat itu dan Catherine mendorong Kestrel ke arah tali itu lalu dia menurunkan perisainya. Dia menutup matanya ketika ledakan mengguncang menara.
Kestrel memegang dengan kuat pada tangga tali saat ledakan mendorong pesawat itu, kota hancur di bawah, lautan di depan, Halcyon Fold sebuah jalur gelap dari daratan yang jauh dari sana.
Catherine bangkit, gemetaran, berdiri. Perisainya terbakar. Dia meletakkannya dan melihat ke atas dimana dia tahu gagak akan berputar-putar, mengawasi.
#~$ SYSTEM REBOOT…
… IDENTITY: ALPHA, STORMGUARD.
… DIRECTIVE: ELIMINATE STORMGUARD.
… LOADING COORDINATES: HALCYON FOLD…
sumber group vainglory indonesia