Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi semua anak – anak di dunia ini,yang mengalami broken home,dan para orang tua,bahwa kita sebagai seorang anak pahit memang menerima kenyataan perpisahan kedua orang tua kita,namun tak harus menjadikan ini semua sebagai akhir dari kehidupan kita,bila kita tak dapatkan kasih dari kedua orang tua kita maka kita mampu membuat kasih itu untuk diri kita,jangan jadikan alasan untuk kalian menambah penderitaan,membuat kalian merasa tak bearti,membuat kalian membenarkan setiap tindakan kalian yang jelas – jelas merugikan diri kalian sendiri,banyak di dunia ini yang mengalami broken home,dan banyak pula dari mereka yang menambah kehancuran mereka dengan pergaulan bebas yang ada,minum – minuman keras,menjadi anak jalanan,free sex, membuat suasana brutal dan banyak hal lainnya,ya karena dikehidupan ku aku pun menemukan beberapa anak yang serupa denganku menjadi anak broken home,tapi kami semua memiliki cara dan pandangan yang berbeda,aku tak ingin banyak anak yang berfikir retaknya keluarga adalah retaknya hidup,kita harus berfikir semua cobaan,kehidupan itu sudah dituliskan,sudah digariskan,kita harus mampu membangun diri kita,bayangkan kita hanya berpisah sebagai keluarga,tapi tidak memutuskan ikatan dalam keluarga itu,mereka tetap orang tua kita,masih bisa kita jumpai,masih bisa kita sentuh raganya,jangan jadikan ini sebagai alasan kehancuran diri kalian,kalian mampu memiliki kehidupan lebih baik,kalian mampu berdiri dengan semangat bersama,kalian masih bisa menggapai mimpi kalian,jangan bayangkan hidup kalian merasa menderita,tertekan,lemah,karena banyak diluar sana orang – orang yang jauh lebih sulit,yang jauh lebih mengalami pahit,yang tak seberuntung kalian yang hanya mengalami sebuah ujian dari broken home,ingatlah untuk selalu berdoa,membangun semangat di jiwa kita,menatap kehidupan yang lebih baik,percayalah tak ada kesedihan yang abadi,tak ada kesengsaraan yang berlarut apabila kita mau untuk merubahnya,di dalam kehidupan kita tak akan seumur hidup kita mengalami kepahitan,penderitaan,selalu ada kebahagiaan yang terselip meski hanya sebentar,dan setitik cahaya yang menghiasi,jangan bebani fikiran kalian dengan emosi,dengan pemikiran utama “aku menderita” tapi utamakan “aku mampu menggapai kebahagiaan” ini hanyalah seberkas kehidupan yang tak abadi,kejarlah kebahagiaan dengan cara yang lebih positive dengan kesabaran,ke ikhlasan,dan semangat untuk menjalani kehidupan yang pahit ini.
Ini hanyalah seberkas kisah dari banyaknya kehidupan di dunia ini,bukan bertujuan negative,tapi dengan niatan jangan sampai lebih banyak anak yang menganggap diri mereka sangat menderita karena banyak diluar sana yang lebih mengalami kepahitan,aku ingin membuka hati mereka bahwa tak selamanya kita akan hidup dengan kepahitan,aku ingin membuka fikiran mereka masih banyak jalan untuk menggapai kebahagiaan dengan cara yang jauh lebih indah,mengajak para sahabat untuk membantu menyemangati kawan – kawan kalian untuk membimbingnya,mengingatkannya,menemaninya,bukan menjauhkannya dan membuat keterpurukan yang bertambah dalam,karena selain orang tua lingkunganpun mampu memberikan kebahagiaan,janganlah pandang sebelah mata,janganlah kalian lihat hina,dan aku memiliki sahabat – sahabatku yang meringankan setiap langkah menuju kebahagiaan,jadilah kalian seperti mereka yang menggenggam tangan setiap kawan yang terjatuh,karena kami saling melengkapi meski hanya sebatas kawan bermain dalam canda,itu hal yang teramat indah bagi kehidupan kami yang mengalami kepahitan,jadilah sahabat – sahabat yang mampu menyalakan cahaya dan menjaganya,karena kisah inipun akan membuka sebuah persahabatan yang mampu menjadi penyemangat dalam gelapnya kehidupan.
Nama dalam kisah ini kembali memakai nama ku sendiri,ya karena aku tak bisa berfikir nama lain selain namaku.
INDAH
(ijinkan aku menggapai kebahagiaan)
part 1
Ketika usia ku berumur I tahun setengah,,,orang tua ku bercerai menurut cerita yang ku dengar ibu ku adalah isteri ke dua ,dya marah karena saat mereka menikah ayah bilang dya sudah bercerai dari isterinya yang saat itu masih tinggal di rumah ayah,,bu siti adalah nama isteri pertama ayah ku,dya mengetahui ayah ku sudah menikah dengan ibu ku,dya pun tak rela jika harus benar2 berpisah dari ayah,karena saat itu dya sudah mempunyai 4 orang anak,dya tak rela jika tempat tinggal nya saat ini akan jatuh ke tangan ibuku,tempat yang akan menjadi warisan untuk anak2 nya,bu siti akhirnya pulang ke rumah orang tua nya namun bukan menerima perceraian dari ayah melainkan mencari cara agar ayah berpisah dengan ibu,padahal ayahku sudah merelakan rumah itu yang memang tidak begitu besar,ayah lebih ingin tinggal di kampung bersama ibu,menjadi seorang petani,tapi ibuku tak setuju dengan pemikiran ayah ku,ibu menyuruh ayah kembali ke rumahnya untuk menyelesaikan masalah dengan isteri nya,sudah lama ayah pulang,tapi tak ada kabar lagi,sampai pada akhirnya ibu menyusul di sana terlihatlah ayah sudah rujuk dengan isteri pertamanya,bu siti dan ibuku bertengkar hebat sampai kaca rumah ayah pecah dan mereka bertengkar sangat heboh,,orang2 kampungpun hanya bisa melihat pertunjukan yang langka,,,layaknya peperangan pada zaman dulu dengan menghembuska pedang masing2,tapi mereka menggunakan sebuah sapu lantai,,ayah ku melerai pertengkaran itu dan ibu menyuruh ayah untuk memilih antara dya atau bu siti,ayah jelas bingung,,kemudian aku di tinggalkan bersama abah,itu adalah panggilanku untuk ayah,saat usiaku 3 thn,dan tinggal bersama ibu tiriku,di sana aku diperlakukan tidak adil ,aku selalu dimarahi ketika abah tak ada di rumah,dya selalu memukul dan menendangku meski tanpa sebab yang jelas,bahkan dya pernah hampir mau menjualku demi mendapatkan uang 1jt kepada orang kaya di daerah tempat tinggalnya,namun usaha itu gagal,aku tak tau apa sebabnya,
ibuku menitipkan aku di kampung dengan kaka nya,,sementara dya bekerja di Jakarta,,untuk membesarkannku,,,aku di titipkan bergantian dengan orang yang tak ku kenal,,,saat aku di titipkan di pemalang di rumah seorang guru yang katanya adalah saudara ibu ku,,di sana banyak hal yang membuatku tak bisa melupakan aku tinggal di rumah yang bagus namun aku tak pernah tidur di kamar,mereka menyuruhku tidur di ruang tamu dan tidak boleh di atas sofa,aku hanya di beri beberapa lembar Koran tepat di depan pintu aku tidur setiap malam,,tapi aku tak menangis atau sedih saat itu mungkin karena aku masih kecil,dan aku tak pernah bercerita pada siapapun,,termasuk ibu ku,,pakaian harus ku cuci sendiri makanpun aku di jatah,,setiap malam ku rindukan ibu yang tak pulang2,,,,di pemalang aku hanya tinggal beberapa minggu saja,,,dan aku kembali di pindahkan ke rumah kaka ibuku di bongas,,,di sana aku merasa agak sedikit senang karena ada nene ku yang sayang dan merawat ku dengan penuh cinta mungkin aku adalah cucu kesayangan nya,,,karena dya slalu memberiku uang jajan yang dia selipkan di kain yang ia kenakan,,setiap nene pulang dari sawah dya membawakannku buah jambu,,dan saat sore setelah adzan ashar nene memandikanku di kamar mandi masjid karena hanya orang2 kaya yang punya kamar mandi di dalam rumah dan tempat buang air besar,,,tapi tak banyak orang yang berlebih di kampungku bisa di hitung jari tak sampai 10 orang,saat aku masih kecil suasana di kampung masih belum ada lampu,televisi,hanya ada satu orang yang memiliki televisi dan menjadikannya sebagai usaha,yang datang ingin menonton televise harus membayar 100 rupiah per orang,kebayangkan satu kampung nonton tv di sebuah rumah seperti nonton layar tancep,ramai bahkan tak kebagian tempat duduk,saat itu film yang popular yang ku ingat adalah misteri gunung merapi,jalanan yang masih berbatu,belum ada kompor minyak atau bahkan kompor gas,makan nasi pun di campur dengan jagung karena harga beras termasuk mahal bahkan tak jarang jagungnya lebih banyak dari pada berasnya karena setiap rumah memiliki lahan di atas gunung sebagai tempat bercocok tanam,bisa di bilang mereka bisa makan karena mereka menanam sendiri makanannya,dari mulai jagung ,sayur,bahan dapur,semua mereka dapat tanpa mengeluarkan banyak biaya,mau makan telurpun mereka harus menunggu induk ayam nya bertelur,,makannya jarang orang kampung yang makan ayam,,klo ayam nya di potong dan di masak mereka gak bisa makan telur lagi terkecuali di hari raya fitri kita bisa makan daging ayam tu pun tak setiap tahun,,lebaran hajipun,,orang yang berkurban tak ada,perbandingan hanya 1 orang dari beberapa kampung,,saat kurban mereka hanya membagi 1 tusuk sate per rumah dan di simpan di tembok rumah yang saat itu masih terbuat dari anyaman bambu atau kayu.
Satu tahun sudah ibuku tak pulang,dan saat dia kembali tidak dengan tangan kosong dya membawakanku sebuah boneka susan yang sangat terkenal dulu boneka yang bisa menangis jika dotnya di lepas,waktu itu baru aku orang pertama yang memilikinya,ku pamerkan kepada teman2 ku,,matanya cantik berkedip-kedip rambutnya keriting berwarna pirang mengenakan baju berwarna biru,,aku sangat menyayangi boneka cantik ku itu tak ku perbolehkan orang lain meminjamnya,ku ingat masa kecilku yang bahagia saat ibuku kembali dya menyuapiku dengan nasi yang tak pakai jagung dengan ikan goreng yang di masaknya,,ibuku mencandai ku dengan kepala ikan “ayo indah makan klo gak nanti kamu yang di makan ikan,tuh ikan nya jalan ke arah kamu” sambil mengarahkan kepala ikan ke depan wajahku,dia suapi aku dengan tangannya,sambil tertawa ria,saat itu adalah saat kebahagiaan yang paling mendalam di hatiku,di saat ibuku benar2 memanjakannku,dan itulah kebahagiaan terakhir yang selalu bersinar di hatiku,kebahagiaan yang selalu menjatuhkan air mata bila ku ingat kenangan itu,kebahagiaan terindah saat bersama ibu ku,di saat dya menatapku,merawat ku,sebagai seorang anak yang ia lahirkan.
Ibuku tak bisa lebih lama lagi tinggal bersamaku karena dya harus kembali ke Jakarta untuk bekerja,,untuk membesarkannku,tapi tak sampai satu tahun ibuku kembali dan yang membuatku takut adalah kepulangannya dengan seorang pria yang ia bawa untuk di perkenalkannya pada keluarga dan special untuk ku,aku melihat kepulangan ibu dari dalam rumah,ku intip dari belakang pintu dan kulihat sosok pria yang membuatku takut,,hingga aku bersembunyi di antara tembok dan lemari sambil ku lipat ke dua kaki ku dan kupegang ke dua tangan ku,dengan hati yang berdegup kencang takut pria itu mengetahui dimana keberadaanku.terdengar suara ibu yang memanggil nama ku,,
“indah…indah kamu dimana sayang,mama udah pulang nih..coba lihat siapa yang bersama mama,mama bawa kan kamu makanan banyak,,ayo keluar jangan bersembunyi terus,,,kamu dimana???” teriak ibu ku
“indah…indah kamu dimana sayang,mama udah pulang nih..coba lihat siapa yang bersama mama,mama bawa kan kamu makanan banyak,,ayo keluar jangan bersembunyi terus,,,kamu dimana???” teriak ibu ku
Ku tolehkan kepalaku ke depan dan melihat ibuku
“ternyata kamu di samping lemari ya,,,lagi ngapain di situ gak takut ada binatang,coba lihat isi kardus yang ibu bawa,,ayo sini,,”
“ternyata kamu di samping lemari ya,,,lagi ngapain di situ gak takut ada binatang,coba lihat isi kardus yang ibu bawa,,ayo sini,,”
Ingin ku buka kardusnya tapi aku gemetar melihat pria itu
“owh jadi ini yang nama nya indah,cantik ya,,,,”kata pria seram itu
“owh jadi ini yang nama nya indah,cantik ya,,,,”kata pria seram itu
Mungkin dia pun menyadari aku bukannya malu tapi justru takut padanya,,kemudian dia buka kardus itu dan mengambil isi nya,dia tunjukan makanan yang belum pernah ku makan,sebenarnya makanan yang biasa saja biscuit kering dengan banyak gula warna warni di atas nya,banyak sekali yang menjualnya di Jakarta tapi maklumlah namanya juga di kampung.
“kamu gak mau makan ini ndah,,,rasa nya enak lho,,,semua buat indah”kata pria seram pada ku sambil menyodorkannya,,,karena saat itu aku masih kecil dengan mudah nya aku di rayu dan menerima makanan yang dibawakannya sambil tersenyum senang
“tuh kan dya luluh,,,”kata ibu sambil tersenyum
“kamu gak mau makan ini ndah,,,rasa nya enak lho,,,semua buat indah”kata pria seram pada ku sambil menyodorkannya,,,karena saat itu aku masih kecil dengan mudah nya aku di rayu dan menerima makanan yang dibawakannya sambil tersenyum senang
“tuh kan dya luluh,,,”kata ibu sambil tersenyum
Satu minggu pria itu tinggal di kampungku yang ternyata sedang mempersiapkan pernikahannya dengan ibuku,tak ku ingat hari pernikahan itu,suasana nya tempat nikahnya,mungkin aku sedang di pindahkan agar tak merusak hari bahagia untuk mereka.
Yang ku ingat adalah malam saat mereka sudah menjadi suami isteri,di malam itulah ibuku melupakanku sebagai anak nya,dya memarahiku tanpa sebab dan menyuruhku untuk keluar dan tidur diluar,aku menagis karena aku takut gelap dan sudah hampir tengah malam pula,aku kebingungan harus tidur dimana tak ingin ku mengganggu tidur orang lain yang mungkin aku bisa tidur bersama biyung ku,tapi aku takut di marahi ibu jika ketauan aku mengadu pada biyung,akhirnya ku lihat kumpulan batu2 kali yang akan digunakan untuk membangun rumah ku naik ke atas batu itu dan ku anggap sebagai tempat tidur, ,letaknya bersebelahan dengan rumahku hanya beberapa langkah saja yang memisahkannya hanya posisinya lebih tinggi,ku rebahkan tubuhku dan menghadap ke atas langit banyak bintang disana,aku tak sedih lagi saat ku lihat kumpulan bintang yang melindungiku dari gelap,terdengar pintu rumah ku terbuka serentak aku langsung bangun yang ku piker aku boleh tidur di dalam tapi yang keluar adalah ayah tiriku dia hanya buang air kecil dan melihatku seolah tak mengenaliku,dan akhirnya dia masuk kembali ke dalam rumah,aku duduk sambil bertanya-tanya,saat itu aku berumur 3th tak akan sampai otak ku berfikir lebih,ku lihat ada cahaya yang menyorot kea rah wajahku,,dua orang yang sedang berjaga di masjid
“lihat tuh ada anak kecil,,,menurut lo hantu bukan”salah seorang dari mereka
“coba gw liat,masa ada anak tengah malm gini di luar sih,,,”sambil menyenter dari kejauhan
“lihat tuh ada anak kecil,,,menurut lo hantu bukan”salah seorang dari mereka
“coba gw liat,masa ada anak tengah malm gini di luar sih,,,”sambil menyenter dari kejauhan
“ah bukan manusia kali,,,tapi mirip indah ya…?”
“jelas bukanlah,mana mungkin dia di luar,,kejam amat,,,jangan2 setan,,,pergi yuk…dah tengah malm nih,,,”
“hii serem juga ya…ayo kita pergi”
Akhirnya aku tertidur pulas sampai tak mendengar suara adzan subuh,aku terbangun karena hari sudah tak gelap lagi,,,dan berlari memutar arah untuk pulang,entah aku sedang kesambet atau mungkin semalam aku bermimpi indah,,,sambil berlari2 kecil aku mengangkat tanganku dan mengayunkannya ke kanan dan ke kiri sambil bernyanyi,,,,
“indah dari mana…???”Tanya seorang tetangga yang melihatku
Aku terdiam bingung menjawab
“kamu tuh kerjanya main terus ya pagi2,,ayo pulang mandi”kata ibuku yang sedang mau berangkat mencuci
Sudah satu bulan ayah tiri ku tinggal di kampung,dan akhirnya memutuskan untuk pindah dan merantau di Jakarta ,hatiku sedih harus meninggalkan biyung yang ku sayangi,karena di dunia ini hanya 2 orang yang sangat kukasihi lebih dari diri ku sendiri yaitu biyung dan ibuku.
Di Jakarta ibu ku bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga dokter dan ayah tiri ku sebagai buruh bangunan,,awal kepindahan kami hanya tinggal di sebuah kontrakan satu kamar,,tempatnya terletak di belakang kontrakan yang lain,dan disampingnya kamar mandi terbuka untuk beramai-ramai,,tempat pertama yang ku tinggali tak muat tempat tidur,peralatan dapur pun tak bisa,,seperti sebuah gubuk di tengah sawah hanya menggunakan tikar dan 1 lemari untuk 3 orang,jelas lebih besar rumah biyung di kampung berlipat-lipatnya,,,ibuku mengandung anak pertama dari ayah di perkirakan ananknya laki-laki namun keguguran karena saat hamil ibu masih bekerja,mungkin karena kelelahan,,tapi tak berselang lama tak sampai 1 tahun ibuku mengandung lagi,ketika usia kandungannya mendekati kelahiran adikku,ibu dan aku pulang ke jawa,,,ku ingat malam itu semua orang ribut karena ibuku akan melahirkan aku yang sedang tertidur terpaksa bangun karena sangkin bisingnya suara langkah kaki,ayah tiriku pergi sambil berlari-lari untuk menjemput seorang dukun beranak karena di kampung rumah bidan itu sangat jauh sedangkan tak ada kendaraan,ibuku melahirkan di rumah,ku dengar suara tangisan seorang bayi yang amat lantang,aku senang ternyata adik ku lahir dengan selamat tanpa ada kekurangan dya anak perempuan yang cantik meskipun aku dan dya bukan satu ayah,,,
“mah adik ku sudah lahir ya,,,,aku mau liat ….”
“iyya nanti ya,,,kasian adik bayinya,,,sekarang indah tidur bareng sama yuli dlu ya” kata uwa ku ibunya yuli
“mah adik ku sudah lahir ya,,,,aku mau liat ….”
“iyya nanti ya,,,kasian adik bayinya,,,sekarang indah tidur bareng sama yuli dlu ya” kata uwa ku ibunya yuli
Sedih memang tapi apa boleh buat,,aku pun harus sabar menunggu besok untuk melihat adik kecil ku itu,dya lahir di bulan November tahun 1997 dan di beri nama Desi Novita Sari. Saat malam tiba aku ingin tidur bersama ibu dan adikku itu tapi ibu tak mengijinkannku…
“mah aku tidur sama adik ya,,,,sama mama di sini,,,boleh ya mah,,”tanyaku
“kamu tidur sama yuli ja,ntar adik bayinya nangis karena kesempitan,,,”
“tapi mah,,,aku juga mau tidur sama mama dan adik bayi,,,,boleh dong mah,,,”aku bersikeras
“ya udah,tapi kamu tidurnya di pojok ya,,,di samping mama biar gak kena adik bayi,,”ibu ku menjawab
“ya gak apa2 yang penting aku tidur sama mama dan adik,,,”
Malam itu tempat tidur yang biasa ku pakai sendiri saat ibu ku di Jakarta kini di tempati oleh 4 orang,,,di pinggir ada ayah tiriku di sampingnya adik dan ibu ku,aku di pojok,,tapi aku merasa sangat sedih saat aku tidur ibuku tak memperdulikannku dia membelakangiku tapi aku tak perduli karena sudah lama aku tak tidur dengan ibu ku,ketika aku tertidur pulas aku terjatuh dari tempat tidur yang saat itu lantainya masih tanah,karena tempat tidur ku tidak terlalu mepet ke tembok sehingga badanku yang kecil terjatuh dan ada di kolong tempat tidur,,,terpaksa aku harus merangka untuk kembali ke posisi semula,,,malam itu aku terjatuh terus dari tempat tidur entah sudah berapa kali,,mungkin karena dorongan dari ibu ku,,
“aduh sakit mah…aku tidurnya di tengah ya,,,deket adik,,,”
“aduh sakit mah…aku tidurnya di tengah ya,,,deket adik,,,”
“siapa yang suruh kamu tidur nya gak bener ,bikin ribut malem2 ja,,nanti adiknya bangun,kl kamu gak bisa diem nanti kamu di suruh tidur di luar,,mau???”bentak ibuku
“iyya mah,,,”sambil menunjukan wajah sedih ku,kembalilah aku tidur namun aku ketakutan jika aku terjatuh lagi aku bisa di usir tidur di luar,,,akhirnya aku setengah tertidur terkadang bangun karena takut jatuh..
Kami tak bisa berlama – lama di kampung karena ayah tiriku harus bekerja,dan ibupun merasa bosan di rumah demi meperbaiki kehidupan keluarga ibu memutuskan untuk kembali ke pekerjaannya dulu,,adik ku yang masih kecil di titipkan di bandung di rumah ayahku,disana ada adik2 ayah tiri ku yang mau merawatnya,sedangkan aku tetap bersama biyung dan uwa ku di jawa,,,
Aku senang bisa bermanja – manja dengan biyung,biyung lebih telaten merawatku dibandingkan ibu,biyung selalu memikirkan aku di banding cucunya yang lain mungkin biyung merasa kasihan kepada ku,karena dia juga punya anak dan menjadi seorang ibu,pernah suatu ketika biyung marah pada ibu karena ibu tak mau memasakan aku telur ayam untuk makan siang dan tak mau menyuapiku,ibu jelas takut pada biyung dan akhirnya mau memasakan ku telur ayam,,,
Beberapa bulan ibu ku di Jakarta akhirnya datang menjemputku mengajakku ke Jakarta untuk tinggal di sana,sebelum ke Jakarta ibu mengajak ku ke bandung ke tempat adikku yang di titipkan,di sana sudah ada ayah tiriku yang datang lebih dulu,,,aku senang membayangkan kembali bisa bertemu dengan adik kecil ku itu,sesampai nya disana ternyata suasana sedang tak mendukung,,
“eh mbak sudah datang dari jawa,,ayo silahkan masuk mbak…”
“eh mbak sudah datang dari jawa,,ayo silahkan masuk mbak…”
“iyya,,,ko rame ada apa ya…???”Tanya ibu ku sambil melangkahkan kakinya dan duduk di sofa,sedangkan aku layak nya seorang anak kecil hanya kebingungan melihat wajah2 orang yang sedang berdebat
“ini indah ya,,,,main sama tante aja yuk,,nanti tante kasih makanan di warung tante mau gak,,,”Tanya salah seorang keluarga ayah tiriku
“iyya mau,,,”jawabku karena aku memang suka jajan
“ini indah ya,,,,main sama tante aja yuk,,nanti tante kasih makanan di warung tante mau gak,,,”Tanya salah seorang keluarga ayah tiriku
“iyya mau,,,”jawabku karena aku memang suka jajan
Ternyata mereka sedang mempermasalahkan hak asuh adikku yang di titipkan kepada adik2 ayah tiriku,mereka tak mau mengembalikan desi kepada ibuku,dengan alasan mereka sudah sangat sayang dan tak ada suara anak kecil menghiasi rumah mereka,,,ibuku marah karena desi adalah anak kandungnya,ibuku hanya menitipkan desi bukan memberikan desi kepada mereka,,,karena ibu dan ayah tiri ku harus mencari uang untuk kehidupan kami di Jakarta nanti,keluarga ayah ku tak mau membiarkan desi kembali ke tangan orang tuanya hingga desi dibawa kabur oleh seorang adik terkecil,ibuku menangis,,lama mereka berdebat akhirnya ibuku mengalah karena tak ingin desi terluka,,ibu membiarkan desi untuk tetap tinggal bersama mereka,dengan syarat mereka tak boleh meminta biaya sekecil apapun untuk membiayai desi,ibuku berfikir mereka tak akan sanggup,karena pada saat itu paman2 ku sedang menganggur,akhirnya ibu memutuskan untuk kembali ke jawa menenangkan hatinya yang sedang gundah memikirkan adikku,sedangkan ayah tiriku tetap di Jakarta untuk menafkahi kami,saat ibu sedang ngobrol di rumah tetangga aku pergi bermain sendiri ke tempat teman2 ku,,,banyak anak kampung yang tak sekolah,mereka lebih memilih pergi ke sawah menemani orang tua mereka mencari rumput atau bercocok tanam dan kebanyakan hanya lulusan sekolah dasar.
Aku datang ke rumah temanku yang usia nya lebih tua dari ku,pada saat itu dia baru saja mengasah parit untuk mencari rumput,kemudian parit itu di simpannya di belakang punggung,,,ketika aku sedang bercanda dengan nya sambil memukulnya tak sengaja dia membalikan badannya hingga tanganku terluka terkena parit,,,hanya beberapa centi lagi mengenai urat nadi ku,aku melihat darah keluar dari tangganku,,aku ketakutan dan berlari pulang namun aku tak kembali ke rumah melainkan duduk diam di samping rumah dengan melipat kaki dan menundukan kepala di antara kedua tanganku,wajah ku mulai pucat baju ku yang putih berlumuran darah tapi aku tak menagis justru takut menghadap ibuku,,,saat aku sedang terdiam,,,salah seorang lewat di depanku dan menyapaku
“kamu lagi ngapain indah sendirian disini…mau ke tempat ibumu,,,??”tanyanya
“kamu lagi ngapain indah sendirian disini…mau ke tempat ibumu,,,??”tanyanya
Aku mengangkat kepalaku dengan bibir yang membisu,orang yang menyapaku kaget melihat wajahku yang memutih dah darah bercucuran,,dan berteriak,,,,
“masyaAllah indah kamu kenapa nak,,,,wasiraah,,,wasirah,,,,,,,cepeeeett kesini..”
“masyaAllah indah kamu kenapa nak,,,,wasiraah,,,wasirah,,,,,,,cepeeeett kesini..”
Memanggil ibuku ,sambil kepanikan,,,
“ya mbak ada apa,,,aku disini,,”ibuku menyahut sambil menghampiri.ibuku pun kaget melihat aku yang seperti orang tak sadar hanya menatapnya tanpa mengucapkan apapun,,orang2 berdatangan dan suasana panik menghiasi,,akhinya tangan ku di ikat dengan kain agar tak semakin banyak darah yang keluar,,saat itu ayah tiri ku pulang dia pun kaget melihatku,,,orang2 kebingungan karena tak ada rumah sakit saat itu..dan tak ada tempat operasi yang hanya ada seorang mantri..jarak nya pun cukup jauh,,,mereka takut aku tak terselamatkan,,,dengan luka yang besar dan darah terus mengalir,,akhirnya aku di gendong ke tempat mantri,,sepanjang jalan orang2 kampung memperhatikanku,,dan aku hanya terdiam lemas..
Akhirnya sampai juga di tempat mantri,,,saat tangan ku di jahit aku tak di suntik obat bius,aku dalam keadaan sadar ku lihat jarum besar dan benang yang membuatku ngilu,ku lihat saat jarum itu akan di tusukan ke tanganku,,aku takut,,,dan mantripun menyuruh ibuku untuk menutup mataku..aku tak melihat saat benang2 itu masuk dan mengikat tangan ku,,aku hanya merasakan ngilu saat benang2 itu di tarik,12 jahitan untuk menutup daging yang terbelah kemudian di balut dengan perban,,mantri menyuruh ibuku untuk kembali setelah 2minggu agar tak terjadi pembekasan dan untuk melepas benang2 itu,,,namun sebelum waktu yang ditentukan aku sudah berada di Jakarta,dan perban yang dipasang hanya dibuka sendiri,sehingga menyebabkan bekas luka yang tak akan pernah hilang,sebuah lengkungan garis seperti sebuah pedang yang panjang,kini menghiasi lenganku.
Akhirnya sampai juga di tempat mantri,,,saat tangan ku di jahit aku tak di suntik obat bius,aku dalam keadaan sadar ku lihat jarum besar dan benang yang membuatku ngilu,ku lihat saat jarum itu akan di tusukan ke tanganku,,aku takut,,,dan mantripun menyuruh ibuku untuk menutup mataku..aku tak melihat saat benang2 itu masuk dan mengikat tangan ku,,aku hanya merasakan ngilu saat benang2 itu di tarik,12 jahitan untuk menutup daging yang terbelah kemudian di balut dengan perban,,mantri menyuruh ibuku untuk kembali setelah 2minggu agar tak terjadi pembekasan dan untuk melepas benang2 itu,,,namun sebelum waktu yang ditentukan aku sudah berada di Jakarta,dan perban yang dipasang hanya dibuka sendiri,sehingga menyebabkan bekas luka yang tak akan pernah hilang,sebuah lengkungan garis seperti sebuah pedang yang panjang,kini menghiasi lenganku.
Semenjak kejadian itu ibu ku menyuruh untuk menetap di Jakarta,sambil memikirkan untuk mengambil desy kembali,,kami kembali ke rumah kontrakan yang dulu,tempat pertama kali kami merantau di daerah pondok petir,,,…
Usia ku belum genap 7 tahun tapi aku iri melihat anak2 yang pergi sekolah,,,aku menangis ingin ke sekolah juga,,,tak ada sekolah yang menerima ku karena aku belum berusia 7 tahun dan tahun ajaran pun sudah berjalan satu bulan,,,akhirnya aku di terima di sekolah madrasah,betapa aku senangnya saat ku bayangkan esok aku akan mengenakan seragam,memakai sepatu membawa tas,,dan bertemu dengan anak2 yang lainnya…karena di rumah aku tak punya teman bermain,sebelum aku masuk sekolah aku hanya mengikut ibu bekerja dan bermain disana,,terkadang aku di beri roti kering,atau uang jajan sebagai upah karena mau memijat kaki majikan ibuku,,,tapi besok aku tak lagi mengikuti ibu ku bekerja,melainkan pergi ke sekolah,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar